Puasa

Ikhlas dan Tawakal

[09/01/2007, 08:02:55]

Oleh : Alwi Shahab

Kita diperintahkan oleh banyak ayat suci Alqur'an dan Hadis Nabi Muhammad SAW agar dalam hidup yang penuh kemelut dan cobaan ini bersikap ikhlas. Karenanya para ulama dan orang-orang bijak menyatakan, 'Beruntunglah orang-orang yang ikhlas karena dalam hidupnya ia semata-mata mencari keridhaan Allah.' Setiap hari kita juga berikrar, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku semata-mata hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam.'

Kalau saja kita benar-benar menghayati komitmen yang kita ucapkan saat shalat itu, dipastikan setidaknya kita akan dijauhkan dari segala perbuatan tercela. Seperti korupsi, suap menyuap, dan mengumpulkan kekayaan tidak halal, yang oleh Islam dinyatakan sebagai dosa besar. Kita akan mendapati banyak ayat dan hadis yang menjelaskan hal ini, sekaligus sebagai peringatan dari Allah terhadap azab yang akan diberikannya kelak.

Ikhlas dan niat yang baik menyampaikan manusia ke puncak keluhuran dan menempatkannya pada kedudukan orang-orang yang banyak berbuat kebaikan. Sabda Rasulullah SAW, 'Beruntunglah orang-orang yang ikhlas, yaitu orang-orang yang apabila mereka hadir tidak diketahui dan apabila mereka pergi tidak dicari. Mereka itulah lampu-lampu petunjuk, yang karena mereka lenyap segala fitnah yang sangat kejam.' (Hadis Basihaqi dan Tsauban).

Seperti halnya sifat ikhlas dan niat baik dapat menyampaikan manusia pada kedudukan yang tinggi, maka sifat riya dan niat buruk dapat pula menurunkan manusia ke lapisan yang paling rendah, karena dorongan untuk beramal yang merupakan unsur moral adalah tempat yang diperhatikan oleh Allah SWT. Amal tak dapat dipegangi dan tidak pula dianggap suatu kebaikan, kecuali apabila ia berasal dari satu niat yang baik dan murni karena Allah.

Dalam ihwal yang menyangkut kebaikan ini hendaknya kecenderungan manusia dalam kehidupan adalah kecenderungan berbuat kebaikan bagi dirinya, dan bagi manusia semua. Karena itulah Islam menegaskan bahwa manusia yang paling tinggi nilainya adalah yang paling bermanfaat bagi masyarakatnya.

Bersamaan dengan sikap ikhlas, Islam juga mengajak manusia memiliki sifat tawakal dan berhias diri dengannya. Tapi tawakal dalam pengertian kita dilarang keras mengabaikan usaha dan perjuangan di dunia. Bahkan seperti sabda Nabi, 'Tawakal menjadi tidak benar, apabila hanya bertawakal saja, tanpa sebelumnya didahului usaha.'

Ikhlas

[26/01/2007, 09:37:34]

Oleh : Aceng Karimullah

Di tengah kemacetan, apa yang terlintas dalam benak Anda? Mungkin mengumpat, mungkin juga marah. Atau, menyalahkan pemerintah yang tak becus mengatur, karena menata orang di jalan raya saja tidak bisa. Sedikit yang mengakui, pengguna jalanlah yang punya andil dalam menciptakan kemacetan, mencegat kendaraan umum tidak di halte, menyerobot antrean, atau kenapa harus memakai mobil, padahal tujuannya hanya sejengkal?

Kalau kita tebangi pohon-pohon di hutan dan kita membuang sampah sembarangan ke kali, bukankah kita sendiri ikut menyebabkan terjadinya banjir? Kalaulah kita memberikan 'salam tempel' kepada polisi lalu lintas, bukankah kita sendiri ikut melestarikan budaya korupsi di negeri ini? Seringkali kita hanya menyalahkan keadaan atau mengemukakan masalah tanpa memberikan alternatif solusinya.

Ada satu cerita yang diambil dari Kisah Seribu Satu Malam seperti berikut. Di Negeri Baghdad sedang merebak suatu penyakit aneh yang menurut orang-orang pintar obatnya tiada lain adalah madu. Kebetulan, cairan kental yang sangat manis tersebut saat itu sedang sulit didapat. Maka, Sang Sultan memerintahkan agar semua penduduk Baghdad dapat menyumbangkan satu sendok madu yang harus dimasukkan sendiri ke dalam bejana yang telah dipersiapkan di tengah alun-alun kota.

Sampai pada saat diperkirakan bejana itu telah penuh, dan kemudian diperiksa. Ternyata isinya hanya ada kurang lebih lima sendok madu mengendap di dasar bejana, selebihnya isinya cuma air. Rupanya banyak penduduk Baghdad berpikir, 'Sementara orang lain menyumbangkan madu, bila saya sendiri menyumbangkan air pasti tidak akan banyak berpengaruh pada isi bejana.' Karena hampir semua orang berpikiran seperti itu maka program Sang Sultan gagal dan penyakit aneh tersebut semakin merajalela.

Jadi, untuk mengubah dunia, untuk mengubah negeri kita, untuk mengubah masyarakat ke arah yang lebih baik, harus mulai dari diri kita sendiri. Dan, harus melakukannya dengan ikhlas. Ikhlas adalah melakukan semua yang terbaik hanya untuk Allah. Segala perbuatan yang dilandasi niat karena Allah dan keikhlasan, pasti bernilai pahala, kendati hanya memungut sepotong paku di jalan. Amal ibadah kita pun, baik shalat, puasa, zakat, dan ibadah haji kita, kalau tanpa dilandasi keikhlasan, semua itu tidak akan membawa dampak kebaikan.

Dalam sebuah hadisnya Rasulullah SAW bersabda, 'Sesuatu yang sangat aku khawatirkan menimpa umatku adalah bila mereka beramal tapi tidak ikhlas.' Nau'udzubillahi min dzalik.

Sumber: republika.co.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKIF DALAM PBM

Komukasi Efektif