Komukasi Efektif

SAYA INGIN MENJADI GURU PROFESIONAL

Oleh: Nasirin

A. Seperti Apakah Guru yang Profesional

Profesional menyangkut profesi/pekerjaan sehingga profesional itu mensifati pekerjaan. Profesional minimal memiliki tiga unsur yaitu pendidikan (knowledge), keahlian (skill) dan etika (value). Elemen profesi/ pekerjaan profesional diantaranya :

- Memiliki struktur teori yang sistematis

- Memiliki otoritas yang tinggi dalam menjalankan profesinya

- Ada sanksi sosial bila salah menjalankan profesinya

- Ada kode etik mengikat tugas profesi

- Ada wadah/ organisasi

- Dapat salary pantas.

B. Terpaksa atau Cita-cita Memilih Profesi Guru

Awalnya penulis melihat profesi menjadi guru merupakan pekerjaan yang monoton, artinya guru hanya menyampaikan ilmu dengan ceramah di depan anak didiknya dengan materi yang telah disiapkan. Setelah ceramah panjang lebar, memberikan tugas dan soal kemudian menilainya serta membuat laporan setiap akhir semester melalui raport. Seperti itu sepanjang waktu, sehingga penulis beranggapan profesi guru monoton.

Disamping hal tersebut di atas, waktu dulu sebelum reformasi menjadi guru itu gajinya kecil sehingga terkadang kehidupannya pas-pasan saja, terkadang aku melihat ada sebagian guru yang mencari pekerjaan sampingan seperti jasa ojek atau jasa menjahit. Mungkin ini hanya keterbatasan penulis melihat profesi guru, tetapi ada satu hal yang menarik, yang saya lihat dari kehidupan keluarga guru dan membuat kami tertarik mengambil profesi guru, yaitu rata-rata anak dari keluarga yang berprofesi guru menjadi orang yang berhasil, bahkan prestasinya melebihi orang tuanya, kemudian jadi seorang guru dihormati karena ilmunya bukan hartanya.

Orang tuaku bukan seorang guru, sehingga cita-cita menjadi seorang guru tidak tertanam sejak kecil, karena tidak ada model untuk dijadikan kebanggaan. Bahkan cita-citaku sebelumnya tidak jelas, cita-citaku terlintas hanya ingin bisa berkarya melakukan banyak manfaat untuk membantu orang lain serta menjadi seorang pengusaha agrobisnis yang sukses. Sehingga kalau ada pertanyaan soal pilihan ”profesi guru cita-cita atau terpaksa”? penulis hanya bisa menjawab profesi guru bukan cita-cita tetapi juga bukan terpaksa, tetapi penulis lebih bijak mengatakan profesi guru adalah pilihan karena ketidakjelasan sebelumnya. Menjadi guru bukan cita-cita karena semasa dulu tidak mengincarnya, juga bukan terpaksa karena secara sadar memilih profesi itu untuk memperjelas status profesi dan pekerjaan yang akan menjadi mata pencaharian untuk bekal hidup di dunia.

C. Tetap Profesional menjadi Jawabanku

Apapun profesi yang diambil seseorang baik itu merupakan cita-cita sejak kecil maupun cita-cita pilihan dengan berjalannya waktu, baik itu sesuai jurusan maupun tidak sesuai jurusan kalau aplikasi dituangkan secara profesional pasti akan mendapatkan hasil sesuai yang diinginkan. Begitu pula profesi guru yang penulis pilih, pertama bukan merupakan cita-cita kecilku, tetapi cita-cita pilihan dengan berjalannya waktu, kedua tidak sesuai jurusan pendidikan, tetapi memilih akta IV sebagai alternatif penguat ilmu pendidikan.

Apapun latarbelakangnya kalau ingin menjadi seorang profesional harus berpengetahuan, berkemampuan (skill), beretika (akhlak baik). Seperti kata pepatah banyak jalan menuju roma, untuk mendapatkan unsur profesional tersebut walaupun tidak melaui jalur yang seharusnya tetapi ada jalur lain yang isinya sama. Seperti penulis memilih akta IV sebagai jalur alternatif memperkuat kemampuan (skill) pendidikan. Sebagaimana yang telah penulis paparkan sebelumnya bahwa profesi guru bukan cita-cita sejak kecil tetapi cita-cita yang muncul sebagai pilihan mengikuti putaran waktu dan adanya kesempatan. Tetapi dengan berusaha menambah pengetahuan, skill, nilai/etika setidak-tidaknya sebagai usaha untuk bekal menjalani profesi guru yang profesional dalam pengaplikasiannya.

D. Meraih Kharismatik Serta Layak Dikenang Sebagai Impianku

Sebuah mimpi muncul dalam benak penulis gambaran guru yang kharismatik dan mungkin layak dikenang. Seperti punya wibawa di depan siswa, para orang tua/wali dari siswa, masyarakat sekitar sekolah, masyarakat sekitar lingkungan rumah. Kewibawaan yang dibawa bukan karena melimpahnya harta tetapi gaya bicara yang sopan, lugas, jelas tentunya tidak menyakiti orang lain, kewibawaan karena peran aktifnya dalam berbagai kegiatan demi membangun kemajuan bersama dan lainnya.

Dalam lingkungan sekolah bercita-cita sebagai figur guru yang selalu membantu kesulitan belajar siswa juga sebagai teman, selalu inovatif, kreatif, edukatif dan menyenangkan. Dalam jalur birokrasi pemerintah masalah pendidikan menempatkan diri sebagai figur guru yang diperhitungkan karena prestasi dalam mengelola muridnya meraih bakat dan cita-cita yang diinginkan, sehingga membawa nama baik sekolah dan tentunya kebanggaan orang tua.

Dalam lingkungan masyarakat bercita-cita menjadi guru yang punya jiwa interpreneur, jiwa usaha yang tinggi dapat membaca peluang usaha. Selain gaji dari pemerintah/sekolah juga mendapatkan penghasilan dari usaha barang atau jasa yang dibangun keluarga. Selain itu juga mengajar di Lembaga Kursus atau membuka sekolah Kursus untuk meningkatkan kemampuan seperti komputer dan bahasa atau membuka Lembaga Bimbel. Cita-cita/mimpi terwujud tidak melihat dari kapan cita-cita/mimpi itu dimulai, tetapi seberapa besar usaha yang telah dilakukan meraih cita-cita itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMBANGUN KOMUNIKASI EFEKIF DALAM PBM

Puasa